Menjaga Air, Menjaga Kehidupan

Menjaga Air, Menjaga Kehidupan
Oleh: Moh. Zaenal Abidin

Seorang siswa kelas XII F-7 di SMAN 1 Jakenan/ Anak didik dari Pak Hadi 

Menjaga air,menjaga kehidupan.Air adalah sumber kehidupan. Namun, ironisnya, di banyak tempat air justru menjadi sumber permasalahan: kekeringan saat kemarau dan banjir saat penghujan. Di Tambah Mulyo, Jakenan, Pati, masyarakat menghadapi dua ekstrem ini secara bergantian. Saat kemarau, air sulit didapat, sawah kekurangan pasokan, dan warga terpaksa membeli air bersih. Sebaliknya, ketika hujan datang, air melimpah hingga menimbulkan banjir. Pola ini terus berulang, menandakan bahwa konservasi air bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan.


Ketergantungan Besar terhadap Air

Air menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dalam aktivitas pribadi, air digunakan untuk mandi tiga kali sehari, memasak, mencuci, hingga berwudhu. Dalam sektor ekonomi, kebutuhan air semakin meningkat. Usaha seperti cucian motor, laundry pakaian, dan warung makan menggantungkan operasionalnya pada ketersediaan air yang stabil.

Sumber air yang digunakan pun beragam. Untuk konsumsi, masyarakat mengandalkan air galon, sementara keperluan rumah tangga lainnya dipenuhi dari sumur, PDAM kabupaten, maupun PDAM desa. Di sektor pertanian dan perikanan, pasokan air berasal dari sumur dalam, air hujan, waduk, hingga sungai dan air laut untuk tambak. Dengan begitu, keberlanjutan sumber daya air menjadi hal yang amat krusial.

Dilema Konservasi Air

Kesadaran akan pentingnya konservasi air sudah mulai tumbuh. Pembangunan waduk, reboisasi di sepanjang jalan, serta pembuatan resapan menjadi beberapa langkah yang diambil untuk menjaga keseimbangan air. Namun, di sisi lain, ada pula tindakan yang justru berlawanan dengan upaya konservasi. Pengecoran halaman rumah, pemotongan tanaman, hingga pembasmian rumput di sawah tanpa mempertimbangkan dampaknya, justru mempercepat hilangnya daya serap tanah terhadap air.

Ketidakseimbangan ini memperparah dampak bencana air. Kemarau membawa kekeringan yang memaksa warga membeli air dengan harga mahal, sementara saat musim hujan, air yang tidak terserap dengan baik menimbulkan genangan dan banjir.

Langkah ke Depan

Konservasi air tidak bisa hanya menjadi jargon tanpa aksi nyata. Masyarakat perlu memahami bahwa menjaga air berarti menjaga keberlangsungan hidup. Langkah-langkah kecil seperti mempertahankan area resapan, menanam pohon, dan tidak sembarangan menutup lahan terbuka bisa memberikan dampak besar dalam jangka panjang.

Pemerintah, bersama masyarakat, harus terus memperkuat kebijakan pengelolaan air yang berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur air seperti waduk dan irigasi harus diimbangi dengan edukasi mengenai pentingnya konservasi di tingkat akar rumput. Jika kita tidak segera bertindak, maka ketimpangan air akan terus berulang—kemarau kekeringan, penghujan kebanjiran. Saatnya bertindak, karena menjaga air berarti menjaga kehidupan.



Postingan populer dari blog ini

KAJIAN LITERATUR TAWURAN / ZAENAL (20)

Perjuangan dari Sawah ke Puncak Kesuksesan

Analisis Cerpen Keluarga yang berjudul "Perjuangan dari Sawah ke Puncak Kesuksesan"